Senin, 25 Februari 2008

ujungjauh

tiba-tiba aku rindu pantai, dengan senja temaram. agar aku bisa memandang lepas..
ke ujung jauh.
--

aku rindu pantai sebesar aku rindu ketidaknyataan. ya.. betapa aku sangat merindukannya. melepaskan diriku, membebaskan diriku. bersama angin. bersama ombak. biar terhempas. biar terlepas

menjadi asing di kehidupanku sendiri

Kamis, 21 Februari 2008

patah 2


belum sempat kujahit awan

matahari telah membakarku

--------

tak kutemukan kata-kata
huruf-huruf tak sempat singgah di ruangku
mereka terus berjalan
entah..

Rabu, 20 Februari 2008

patah

hatiku terserak terbelah
tanah merah
sepasang bola diatap rumah

Selasa, 19 Februari 2008

pejalan

pagi yang kuning, semburat abu atau biru entahlah..
ada yang pergi ada yang datang berselisih dalam hitungan detik.
Masih terlalu pagi untuk dua ritual sekaligus, terlalu dini.
tapi begitulah.. detik pun punya ruang yang tak pernah bisa memilih penghuni, sang pejalan yang akan singgah di kedalamannya
begitu juga kita.

the sun

matahari terbelah
cahanyanya tak lagi berpendar
tapi menusuk mataku
merah
pedih

Senin, 18 Februari 2008

-pertemuan waktu-

sebuah pertemuan yang telah, sedang dan mesti terjadi
sudah tertulis dalam kitab rahasia

ketika lengkung langit berubah warna, sedikit merah, sedikit jingga, sedikit ungu kelabu. saat matahari tua bertemu senja, sebuah pertemuan asing terulang. senja terlalu asing bagi matahari, membuatnya melembut tak lagi garang tak lagi berkuasa. pada senja dia berlabuh, menyandarkan segala lelah laku. begitu juga bagi senja, matahari yang asing selalu membuatnya tersipu merona bagai gadis belasan tahun bertemu kekasihnya diujung jalan.

ah.. semacam perjabatan gamang,
ragu
mengambang di ujung langit
tetap berjarak
tetap meyatu

dan disetiap pertemuan mereka saling berkata
" halo stranger!"

[...]

sepertinya aku terlalu banyak membaca akhir-akhir ini. penyihir dan hantu cilik singgah di teras mimpiku. hantu kecil baik hati dan penyihir bergagang sapu :)

hujan telah berubah menjadi gerimis
malam kian larut
sss...kudengar langkah kaki mendekat
semoga bukan penyihir dan hantu cilik lagi.

sema

aku tidak begitu mengenal rumi,kecuali dia adalah salah satu tokoh pujaan kawanku, hingga aku mengikuti sebuah diskusi di mp book point "rumi, the wings of love".
satu hal yang menarik, sema; tarian meditasi ala rumi untuk mencapai moksa, semacam transformasi, ekstase pencapaian puncak diri manusia untuk menyatu dengan Tuhanya (kalo boleh kusebut).
bisa kulihat ekspresi wajah sang dervish ketika perlahan mulai berputar pada satu poros kaki dengan kedua tangan terentang, mata meredup kemudian benar-benar terpejam. wajah yang .... tidak ada senyum, tidak ada kernyitan di dahi atau apapun. ah, serupa bayi tertidur di pelukan ibunya.

aku tidak begitu mengerti tentang sufisme, meski di rakku tersemat sebuah buku "Masnawi" yang tak pernah selesai ku baca. tempurung kepalaku tidak berisi apa-apa selain sebuah pertanyaan
'hai dervish, apa yang kau temukan disana/apakah lebih menarik?'

dan apakah kau masih bisa mendengar, seseorang disampingku berkata "islam itu berisik ya...!!!"

Kamis, 14 Februari 2008

-hujan -

kali ini hujan terlalu deras untuk kutemani. pada akhirnya adalah... aku terjebak diantara ruang-ruangnya, dengan segelas teh hangat, jauh dari rumahku.
aku mencintai gerimis senja, bukan hujan senja. hujan menurutku terlalu rapat, terlalu pekat terlalu menakutkan.
gerimis, selalu membuatku nyaman seperti berada diruang entah, ruang yang tak kukenali tapi dapat kurasakan kedekatannya, kedalamannya.

tapi hari ini aku harus berterimakasih pada hujan, karenanya aku bisa mencicipi sate keong he3.. semacam makanan yang baru kulihat setelah seperempat abad lebih aku menghuni dunia yang sama dengannya :). dan ternyata ..enaaaakkk....terima kasih hujan, lain kali beri aku sesuatu yang baru yach...ha2 (manusia gitchu loh)

Selasa, 12 Februari 2008

silent nite

malam ini aku tidak ingin mengatakan apa-apa..
kusisakan semuanya untuk gelap malam.