Kamis, 19 Februari 2009

touching the void

Kejadian berturut-turut, pendaki yang tersesaa pas pendakian gunung (awal bulan feb : G Salak dan Merapi : tersesat dan kehabisan logistik), membuatku membaca ulang buku 'Touching the void' Joe Simpson. buku ini diangkat dari kisah nyata Joe dan Simon Yates mendaki gunung Siula grande 6300 m dpl (pegunungan Andes, Peru). kali ini kucoba membaca lebih teliti, berusaha mendapatkan titik lemah/potensi yang menyebabkan kecelakaan/kegagalan dalam pendakian. Meskipun kasusnya berbeda dengan tipe2 gunung di negara kita. aku yakin, aku akan menemukan sesuatu.

satu hal yang bisa kutangkap dari kasus Joe,'mereka kurang memperhitungkan kondisi alam dan tubuh, tersesat+kehabisan logistik'. awalnya mereka mampu meramalkan cuaca dengan baik dan perjalanan sangat menyenangkan. tapi kemudian ada saat kondisi tubuh tidak mampu, mereka memaksakan diri sehingga tubuh ngdrop.. dan itu sangatmempengaruhi perjalanan berikutnya... tersesat dengan persediaan logistik yang tidak diset untuk menghadapi kondisi diluar kendali (logistik hanya cukup untuk perjalanan normal dan lancar).
kisah dalam buku ini sebenarnya tidak sesederhana yang aku tulis, kecelakaan yang dialami joe menjadi semacam pengujian persahabatan, ketepatan mengambil keputusan dalam waktu sepersekian detik, perjuangan mempertahankan hidup dan mewujudkan mimpi. akan lebih menarik jika kawan-kawan membaca buku ini sendiri :).

Sempat ngeri juga juga abis baca buku ini, ada sedikit ketakutan untuk naik gunung lagi. tapi aku ga akan pernah sanggup menahan godaan untuk naik..dan naik gunung lagi.. apalagi ada yang ngajak..ayuk aja kalee.
sayang sekali buku-buku tentang pendakian sangat jarang, padahal perlu banget untuklebih prepare pendakian yang aman dan nyaman. ayo dong... pendaki2 profesional bagi ilmu ma kita2 :D.

2 komentar:

DANANsaja mengatakan...

bagiku, Mendaki gunung seperti orang makan CABE, lebih keren lagi, makan SAMBEL BAWANG. Saat kita makan dan kepedasan, rsanya tidak mau lagi makan tu enis sambal, pedasnya minya ampun. tapi... seteha sekian lama tidak menghadirkannya dalam mulut dan indra perasa, saya kangen dan ingin yang cukup memuncak.

mendaki gunungpun demikian. aku ingat kebersamaan yang dibangun dan durajut saat kita bersama dalam kebersamaan dan kedamaian saling berbagi dalam keterbatasan, di tengah liarnya alam.

Semoga, kita bisa menyapa lagi puncak puncak kedamaian dan kita meneriakkan bersama dengan LANTANG

AKU BISA MENAKLUKANNYA....!!!

Menarik mai bukunya, kalo ada versi saodt copy nya aku di kirim yach...? danan82@gmail.com

Anonim mengatakan...

waaa maap trada soft copyne. moso dirimu tega aku mengetiknya He3...
ayuk nan, kapan kita naik lagi? :)